Wednesday, June 3, 2015

CARA MEMBUAT SAWAH TERAPUNG



Kalau pasar terapung bagi masyarakat Kalimantan sudah tidak asing lagi. Namun, istilah sawah terapung mungkin masih asing di telinga kita.  Sawah terapung dibuat sebagai solusi  sering terjadinya banjir.  Mau banjir atau tidak, bagi petani tidak jadi masalah lagi. Mereka tetap bisa bertani.
                Kalau di daerah kita, khusunya di Amuntai belum ada yang memperkenalkan, walaupun ada, hanya terbatas. Sebagaimana sudah dilakukan ibu saya di Garunggang dengan memanfaatkan elong atau enceng gondok. Ibu saya menyebutnya dengan istilah menanam padi di atas ilung.
                Adapun alat yang dipakai untuk membuat sawah terapung ini ada beberapa alternatif yang bisa dipilih, di antaranya, bahan apungnya bisa menggunakan bambu untuk siring tepi. Bambu dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, misalnya untuk ukuran 2 m x  3 m, dan untuk lahan tengahnya digunakan sabut kelapa, jerami dan tanah. Ini cara yang digunakan para petani di Jawa. Ini cukup repot.
                Namun, kalau kita di Amuntai, bahan alam sudah tersedia. Yaitu dengan menggunakan berkah alam enceng gondok yang selama ini dianggap bala yang harus dibuang.  Cukup menggunakan tonggak kayu dan tali yang dibentang agar enceng gondok tidak bergeser. Atau, kalau sawahnya sudah berpetak-petak lebih bagus lagi walau tanpa tali, enceng gondoknya sudah terkurung. Kecuali untuk mengantisipasi banjir bisa kita gunakan tali dan tonggak kayu tadi supaya tidak hanyut di bawa arus air. Sederhana sekali kan?
                Enceng gondok yang bagus adalah enceng gondok yang tebal. Kalau selama ini petani kewalahan membuang enceng gondok dari lahan persawahannya, sekarang jangan dibuang. Cukup dikendalikan dengan menyemprot dengan bahan kimia khusus. Sampai daunnya  lapuk dan mati, diamkan beberpa hari untuk menghilangkan pengaruh bahan kimia, setelah itu baru bibit siap tanam di atas enceng gondok tersebut.

No comments:

Post a Comment