Tuesday, April 16, 2013

Mulailah Berkarya



HARI KELIMA
 MULAILAH  BERKARYA
           
            Dengan bekal  pengetahuan dari hari pertama sampai hari keempat, saya yakin Anda sudah bisa memulai menulis cerpen karya sendiri. Pola pikir Anda sudah terbentuk dengan baik. Cara jitu mendobrak pintu kesulitan menulis sudah Anda pahami. Membaca cerpen sebanyak-banyaknya sudah juga Anda lakukan.  Membedah cerpen dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri sudah Anda laksanakan. Kini,  tinggal  bagaimana Anda mewujudkan mimpi Anda menjadi penulis cerpen dengan mulai berkarya sekarang juga.
           

5.1 Yang Dilakukan Sebelum Menulis
            Baiklah, untuk membantu Anda saya coba mengingatkan kembali bahwa menulis perlu penguasaan mental yang kuat, semangat yang membaja, pantang menyerah, dan tak pernah putus asa. Ini yang harus Anda persiapkan. Saya yakin Anda sudah mantap kan? Anda harus punya keyakinan bahwa Anda mampu, Anda harus bisa.
            Sebelum Anda mulai berkarya, Anda pilih tema yang benar-benar Anda kuasai. Boleh saja Anda berpikir cerpen dengan tema yang hebat, ide cerita yang  luar biasa. Namun, kalau tema itu belum Anda kuasai Anda akan terkendala lagi. Kalau memang Anda  berisi keras juga, terpaksa Anda harus mematangkan pengetahuan Anda tentang masalah yang akan Anda angkat menjadi cerpen. Cari informasi yang secukupnya, baik melalui buku, surat kabar, majalah, maupun internet.
            Menulis cerpen tidak hanya fiktif belaka, Anda juga harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengangkat suatu masalah dalam bentuk cerpen. Karena dalam cerpen pun ada fakta. Misalanya kalau Anda ingin menggambarkan latar  Candi Perambanan, tentu harus mengetahui, begitu juga jika Anda ingin mengangkat masalah  filsafat atau tasauf dalam cerpen, Anda harus menguasai pengetahuan tentang itu. Kalau Anda ingin mengangkat tetang robot, Anda harus mengerti betul tenatnag itu. Atau Anda ingin mengangkat masalah keadaan negara di luar negeri. Jadi, ide hebat harus Anda imbangi dengan pengetahuan.
           


            Namun, sebagaimana saya katakan tadi, tidak ada salahnya Anda berkeinginan  mengangkat ide-ide hebat, malah bagus. Selama ada kemauan, pasti ada jalan, ya jalannya Anda harus matangkan dan gali lagi informasi sebanayak-banyaknya tentang masalah yang akan Anda Angkat kedalamn cerpen sehingga cerpen Anda akan terasa hidup.

            Sebagai pemula, ide cerita  yang diambil dari pengalaman pribadi tentu akan lebih mudah kita ungkapkan karena memang sudah Anda kuasai, tinggal meramunya dangan tambahan imajinasi Anda. Namun, tidak ada salahnya Anda mencari ide cerita dari pengalaman orang lain. Atau Anda menemukan ide cerita setelah menonton senetron, membaca berita, membaca cerpen karya orang lain, atau Anda melihat peristiwa langsung. Misalnya Anda melihat pengamen jalanan, lalu Anda tergelitik mengangkatnya menjadi sebuah cerpen. Anda melihat ada seorang pengemis tua, lalu Anda terpanggil menulis masalah itu. Banyak sumber ide cerita yang bisa Anda angkat menjadi sebuah cerpen. Tinggal Anda berusaha terus mengasah kepekaan Anda.
            Baiklah,  Anda  menemukan ide cerita dari pengalaman Anda yang menarik, misalnya tentang berlibur ke pantai bersama keluarga, atau persahabatan ketika bersekolah.
            Nah, dari situ Anda sudah menemukan latarnya, di sekolah atau di pantai. Latar kejadian, baik tempat, waktu dan suasanyanya seperti itu sudah Anda rancang sebelum menulis. Bisa Anda tulis di kertas catatan, atau Anda simpan di otak saja. Misalnya Latarnya di hutan, suasananya mencekam, waktunya tengah malam gelam gulita.
            Selanjutnya Anda ciptakan tokoh dan karakter tokohnya, namanya siapa? Karakternya bagaimana?             Karakter tokoh bisa meliputi tampilan fisik,  kesukaannya, jahat, atau baik.
           
            Nilai-nilai yang akan Anda usung dalam menulis cerpen perlu juga Anda tentukan, misalnya Anda ingin memnyampaikan nilai keagamaan, akhlak mulia  melalui cerpen. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan media mana yang bisa menerbitkan cerpen Anda.
            Sudut pandang Anda dalam bercerita, sudah Anda persiapkan. Apakah Anda sebagai pencerita saja, atau Anda terlibat langsung sebagai tokoh dalam cerita.

            Setelah semua Anda rancang, Anda buat ringkasan cerita sebagaimana pembahasan pada bedah cerpen, atau bisa kita bilang kerangka alurnya. Caranya bayangkan saja  pengalaman menarik Anda tadi, kemudian tulislah dengan teknik menulis cepat seperti yang sudah kita praktikkan di Bab kedua.
            Urutan rancangan ini tidak mengikat, Anda bisa saja mendahulukan ringksan cerita secar bebas, baru Anda memikirkan sittingnya, tokoh dan karakternya.
            Ada bentuk lain yang bisa Anda pakai selain cara menulis cepat dalam membuat kerangka alur cerita ini. Yaitu dengan menggunakan peta pikiran. Peta pikiran juga sangat mujarab karena sesuai dengan pola otak manusia. Yaitu dengan memulai menuliskan ide sentral atau tema yang akan anda angkat di tengah-tengah kertas, lalu Anda beri cabang-cabang sebanyak yang Anda mau, tulislah kejadian apa saja yang dialami tokoh di cabang-cabang itu.

 




            Setelah semuanya beres, Anda tinggal mengembangkannya dalam bentuk cerpen utuh.

5.2 Saat Menulis
            Saat Anda menulis, apa yang harus Anda lakukan? coba Anda perhatikan lagi, Bab kedua. Anda jangan terpaku pada kerangka, kerangka yang Anda buat hanyalah sebagai acuan untuk mengikat  ide supaya jangan tercecer. ketika Anda mulai menulis merangkai kata mengemabngkan ide, mengemabngkan alur cerita Anda bebas saja, mulai dari mana saja, lupakan dulu aturan ini itu, alirkan saja apa yang Anda rasakan dan Anda pikirkan. Bayangkanlah Anda curhat, bercerita di depan teman Anda, Anda tak perlu berpikir apa yang Anda ceritakan itu  baik atau jelek, yang penting Anda bercerita dalam bentuk tulisan. Dan usahakan Anda bercerita tuntas dalam satu kali duduk.
            Kalau sekali duduk, tidak sanggup, Anda bisa membaginya  beberapa waktu. Namun, usahakan Anda punya target yang jelas berapa waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan satu cerpen. Dan, ingat apabila sudah selesai, jangan langsung Anda kirim ke penerbit. Anda  akan melakukan proses berikutnya. Yaitu proses penyuntingan.  Masalahnya, tulisan Anda tentu ada yang harus dibenahi dan disempurnakan karena pasti ada salah ketik, salah tanda baca, dan sebagainya.
            Sebelum melakukan proses penyuntingan, lakukan pengendapan dulu. Maksudnya Anda ambil jarak, tinggalkan cerpen Anda, jangan Anda baca dulu cerpen Anda sehari atau dua hari, supaya ketika Anda membaca cerpen Anda seolah membaca cerpen karya orang lain, dari situ Anda akan jeli melihat kekurangan cerpen yang Anda buat.  
           
5.3. Menyunting Tulisan
            Inilah saatnya Anda mengamini keinginan Anda waktu menulis sebelumnya. Yaitu keingainan memperbaiki yang salah, keiinganan memperbaiki yang tidak bagus.
            Pada tahap penyuntingan ini, pengetahuan  tentang kebahasaan tentu saja harus Anda miliki.  Namun, Anda jangan khawatir kalau pengetahuan tentang kebahasaan Anda masih minim. Mengedit tulisan, tidak perlu harus menguasai keseluruhan  ilmunya, yang penting ada kemauan menulis, dan ada hasil tulisan yang akan Anda edit. Anda  sebenarnya bisa belajar dari pengamatan tampilan cerpen yang Anda baca. Bagaimana orang menyusun kalimat, dan penulisan dialog, tanda baca yang digunakan orang, penulisan huruf kapital yang benar, penulisan pertikal yang tepat, bisa Anda pelajari dari tampilan cerpen yang  Anda baca yang ada di surat kabar.
            Nah, sebagai pembelajar Anda tak perlu segan dan malu membuka buku EyD, buku yang memuat kata baku dan tidak baku, dan kamus  saat menemukan  keraguan dalam  proses penyuntingan. Apabila hal ini sering Anda lakukan, tentu akan meningkatkan pengetahuan Anda sendiri tentang aturan kepenulisan.
            Anda  bisa juga meminta bantuan orang lain untuk mengedit tulisan Anda. Setelah diedit Anda bisa mengetahui apa saja kesalahan dan kekurangan tulisan Anda. Ya, Anda belajar dari kesalahan, dengan begitu Anda akan ingat selamanya.
            Kalau masalah kata baku dan tidak baku dalam cerpen,  tidak terlalu bermasalah. Cerpen boleh saja tidak menggunakan kata tidak baku terutama pada dialog.
            Biasanya yang sering saya jumpai dalam penulisan cerpen adalah masalah tanda baca, penulisan kata depan, pertikel lah dan pun, huruf  capital pada kata pengacuan dan sapaan untuk kekerabatan.
            Perlu juga Anda ketahui proses penyuntingan bukan hanya sekadar memperbaiki kata yang salah ketik, tanda baca yang tidak tepat, huruf kapital yang belum pas, tetapi Anda perlu juga melihat kelogisan tulisan. Dalam cerpen ada yang disebut alur atau plot dan sitting. Tempat kejadian cerita harus logis, begitu pula dengan alur atu plotnya.
            Mengenai alur atau plot ini ada yang menganggap sama pengertiannya, namun ada yang menganggap berbeda. Alur lebih menekankan pada rangkaian peristiwa atau kejadian yang dialami sang tokoh berkaitan dengan kronologis waktunya, ada alur  lurus atau maju, kilas balik, dan campuran tanpa melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan plot  adalah kejadian yang dialami sang tokoh dengan melihat hubungan sebab akibat. Di sinilah kelogisan sebuah cerita fiksi harus tetap terjaga dan konsesten dengan cerita nyata. Misalnya tokoh mati lantara kejatuhan polpen, ini plot yang tak masuk akal. Walau dalam fiksi hal itu boleh-boleh saja, namun terlalu mengada-ada.
            Sama halnya dengan sitting, Anda sebenarnya bebas saja berkhayal  mengembarakan imajinasi Anda ke mana pun tempat bisa Anda kunjungi dengan daya imajinasi Anda. Namun, tetap menjaga konsestensi kelogisan sebagaimana di dunia nyata. Misalnya Anda mendeskripsikan kota Jakarta ada di Pulau Kalimantan, tentu saja hal ini bertentangan dengan kenyataan. Hal ini yang perlu dihindari, dan kalau ada ketidaklogisan semacam itu, harus Anda perbaiki.
            Dalam proses penyuntingan Anda juga perlu mempertimbangan cerpen yang Anda tulis akan dibaca oleh siapa dan diterbitkan di mana. Kalau  sasaran pembacanya adalah anak-anak, usahakan jangan sampai ada kata-kata yang mengandung unsur pornografi, kekerasan. Begitu pula dengan surat kabar yang mensyaratkan tulisan yang akan dimuat tidak boleh mengandung unsur Sara, maka jika ada hal itu yang ada dalam tulisan Anda, harus Anda hilangkan.
            Proses penyuntingan ini sangat penting karena naskah yang kita sunting dengan maksimal menunjukkan bahwa kita memang maksimal berusaha dalam berkarya, bukan  asal-asalan.

Monday, April 15, 2013

Buku Motivasi Menulis: 1.1 Miliki Keinginan yang Menggebu dan Kerja Keraslah





            Bila ditanya, Anda ingin pintar menulis? Atau Anda ingin menjadi penulis? Jauh dari lubuk hati yang terdalam, kita akan menjawab ingin sekali. Ketika Anda melihat  artikel, cerpen di surat kabar atau majalah, di sana  terpampang nama dan foto penulisnya, terbetik dalam hati  rasa kagum terhadap mereka. Diam-diam Anda juga ingin seperti mereka. Namun, Anda  tak tahu caranya, tak tahu bagaimana memulainya. Dan, ketika Anda  memulai menulis, Anda bingung sendiri.  Apa yang harus Anda tulis, dan dari mana Anda menulisnya.
            Saat Anda  mencoba menulis satu paragraf, lalu Anda terhenti, tangan Anda berhenti mengetik, pikiran terasa buntu. Lalu Anda memponis diri  tidak mampu, tidak bisa,  tidak punya bakat, dan kata-kata `tidak` lainnya yang disandangkan  ke diri sendiri. Anda pun memponis bahwa menulis itu hanya milik orang-orang yang pintar dan berbakat saja, menulis hanya dimiliki oleh orang yang pendidikan tinggi saja, menulis hanya dimiliki oleh orang yang usianya sudah matang, dan berpengalaman saja, dan kata-kata `hanya`, dan `hanya` terus tergiang dalam diri Anda yang menandaskan diri  tidak mampu.
            Padahal, andai Anda tahu bahwa mereka yang menulis itu asal mulanya seperti Anda juga, ada rasa mender, ada rasa tidak mampu, namun  mereka menemukan cara jitu mengatasi kekurangan mereka dan akhirnya, mereka menghasilkan tulisan, mampu menulis, pintar menulis. Apa yang mereka lalukan itulah yang harus Anda ambil sebagai bahan pelajaran.
            Coba perhatikan, ketika Anda mencoba menulis satu kali, lalu gagal, serta-merta Anda memponis diri Anda tidak mampu, dan Anda tidak berkeinginan mencoba lagi, itulah kesalahan fatal yang Anda lakukan. Padahalal  penulis-penulis terkenal pun mengalami hal  yang sama dengan Anda.
            Lalu, apa yang mesti Anda lakukan? Ubahlah pola pikir Anda!  Tadinya Anda memponis diri Anda tidak berbakat, ubah dan tanamkan dalam pikiran Anda bahwa menulis itu tidak tergantung bakat, atau tidak tergantung kepintaran, tetapi camkan dalam  pikiran Anda bahwa menulis adalah keterampilan yang harus dilatih, dilatih dan dilatih dengan menulis, menulis dan terus menulis. Ibarat orang yang  belajar bersepeda, pada mulanya belum bisa, lalu mencoba, mencoba lagi, mencoba lagi dan akhirnya bisa bersepeda. Bahkan,  ketika orang itu terus mencoba dengan gaya-gaya yang baru, tidak hanya bersepeda biasa, mereka pun bisa bergaya, menjamping, dan mampu melakukan akrubatik yang dirasa mustahil bagi mereka tidak pernah berlatih. Semua itu bisa mereka dapatkan  dengan latihan,  kerja keras, dan pantang menyerah.  Hal ini menegaskan  bahwa  yang  dikatakan Thomas Alfa Edison memang benar bahwa kesuksesan seseorang itu hanya 1 persen karena bakat   dan 99 persennya  karena kerja keras.
            Kalau Anda sudah mengetahui cara dasarnya, dan memang seperti itu yang harus Anda lakukan, Anda akan bisa mengatakan bahwa menulis itu gampang, menulis itu mudah saja. Jangan sekali-kali Anda katakan lagi bahwa menulis itu sulit, menulis itu susah. Jangan, sekali lagi jangan Anda katakan. 
            Suatu ketika saya mengahadiri kegiatan ceramah Buya KH. Ahmad Ansari. Beliau membicarakan masalah himmah. Kaitannya dengan menulis, saya sangat tertarik mengangkatnya dalam buku ini karena ini termasuk perkara yang penting. Himmah adalah keinginan yang menggebu-gebu, keinganan yang kuat dari hati untuk mendapatkan sesuatu. Himmah atau keingingan diperlukan sebelum adanya gerak untuk mewujudkannya. Ini adalah tahapan pertama yang harus kita miliki karena tanpa itu kemungkinan tercapainya sesuatu tidak akan berhasil secara maksimal, dan walaupun kita dapatkan tanpa keinganan sebelumnya, tentu itu di luar kebiasaan dan suatu kemujuran itu memang ada. Namun, di sini kita membicarakan suatu yang biasa dan lumrah dilalui oleh orang kebanyakan.
            Memang antara keinginan harus sejalan dengan kemampuan. Ada orang yang memiliki kemampuan, tetapi tidak ada kemauan. Misalnya dalam hal menunaikan ibadah haji. Ada juga orang  yang memiliki keinginan, tetapi belum memiliki kemampuan. Maka ibadah haji pun belum bisa dilaksanakan. Ada keinginan dan kebetulan ada kemampuan, namun masih harus masuk daftar tunggu. Walau demikian tentu harapan untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji sudah nyata di depan mata.
            Anggaplah Anda  berada pada posisi orang yang kedua  yaitu  ada keinginan, tetapi belum ada kemampuan. Namun, ingatlah bahwa dengan adanya keinginan itu membuat Anda  bersemangat untuk bisa mewujudkanya, dengan terus berusaha agar diberi kemampuan. Bukankah Anda pernah mendengar cerita tukang bubur naik haji, tukang sayur bisa naik haji? Hal itu tidak mustahil karena jika Allah  sudah berkehendak, apa pun bisa terjadi. Kun fayakun.
            Keinginan yang timbul dari hati  itu akan menjadi doa, semakin kuat keinginan, semakin kuat pula frekuensi yang diinginkan itu tergambar di pikiran. Di sinilah apa yang disebut dengan kalam Allah. Jika Allah menghendaki sesuatu, hanya dengan mengatakan jadi, maka jadilah ia.
            Yang selama ini kita pelihara adalah kelemahan jiwa, tidak berani  bercita-cita, tidak berani berkeinginan karena berpegang pada nalar bahwa  hal itu tidak mungkin bisa  tertunaikan lantaran mengingat penghasilan selama ini. Anda berkata, Ah, mana pungkin Aku bisa menunaikan ibadah haji, sementara penghasilanku cuma cukup makan sehari. Kalau Anda mengatakan hal seperti itu, itulah yang akan terjadi.      Sama halnya dengan  Anda ingin jadi penulis, lalu Anda katakan pada diri Anda sendiri atau atau Anda katakan kepada orang lain, ah, mana mungkin aku bisa jadi penulis, sementara ilmuku cuma secuil, pendidikanku tidak tinggi, aku kan  bukan sarjana, menulis itu cuma milik orang yang berbakat saja, aku tidak bisa menyisihkan waktu untuk itu, dan berbagai alasan lain yang Anda jadikan alasan untuk mematahkan semangat Anda sendiri.
            Bermimpi, berkeingianan, bercita-cita saja Anda tidak berani, padahal berkeinginan dan bercita-cita tidaklah memakai biaya. Padahal jika Anda tahu, cita-cita luhur, berkeingan yang baik adalah bagian dari ibadah, walau belum terwujudkan. Lalu, apakah hanya sampai di situ, hanya sampai di mimpi saja? Rugi dong. Lalu?
            Berani bermimpi, bercita-cita, berkeinginan  bukanlah suatu hal main-main, tetapi suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang ingin mendapatkan kesuksesan, dibidang apa saja. Karena apa yang dicita-citakan, apa yang dikatakan, apa yang kita sangkakan itulah yang akan ditakdirkan oleh Allah. Dalam Hadits Qudsi, Allah berfirman, Aku kata Allah, sesuai dengan sangkaan hambaku.  Inilah kaitannya dengan kun fayakun tadi.
            Sangkaan, keinginan yang diiringi keyakinan yang kuat akan mendapatkan sesuatu yang dicita-citakan itu tidak hanya dimiliki oleh kita umat Islam yang beriman, namun siapa pun bisa mendapatkannya, Allah akan memberikannnya, walaupun ia mengingkari ayat-ayat Allah  itu sendiri. Dan, kebanyakannya justeru mereka yang tidak beriman yang banyak mempraktikkannya. Padahal mereka tidak  berdoa kepada Allah, tapi mereka diberi Allah sesuai dengan apa yang mereka yakini keberhasilannya. Coba Anda perhatikan ayat Alquran surah Maryam ayat 77-79 berikut:
           
            أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالاً وَوَلَداً -٧٧- أَاطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمِ اتَّخَذَ عِندَ الرَّحْمَنِ عَهْداً -٧٨- كَلَّا سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدّاً -٧٩-
“Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, “Pasti aku akan diberi harta dan anak.” Apakah dia melihat yang gaib atau dia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih? Sama sekali tidak! Kami akan Menulis apa yang dia katakan, dan Kami akan Memperpanjang azab untuknya secara sempurna.”
            Kalau kita perhatikan ayat di atas, orang yang mengingkari ayat-ayat Allah mangatakan dengan penuh keyakinan bahwa mereka  akan diberi harta dan anak. Mereka begitu yakin, padahal mereka tidaklah melihat hal yang gaib dan tidak pula mengambil perjanjian dengan Allah. Mereka cuma mengatakan dengan penuh keyakinan saja, dan itu dicatat oleh Allah, ditetapkan oleh Allah dan menjadi kenyataan. Namun, sangat disayangkan mereka tidak beriman kepada Allah. Walaupun mereka mendapatkan apa yang mereka cita-citakan, apa yang mereka katakan, tetapi azab Allah akan tetap menimpa mereka.
            Nah, orang yang mengingkari Allah saja diberi lantaran mereka berani bermimpi, berani bercita-cita. Lalu bagaimana dengan Anda? Apakah Anda berani berkeingan pintar menulis, berani  bermimpi jadi penulis?
            Kalau Anda memang berani bermimpi jadi penulis, bercita-cita jadi penulis, ingin pintar menulis, sekarang bangun dan bergeraklah, wujudkan keinginginan Anda itu dengan melakukan. Bukan hanya sekadar memiliki keinginan biasa, tetapi Anda harus memiliki keinginan yang menggebu-gebu. Jangan ragu, Anda harus berani memulainya. Karena langkah kedua tidak akan pernah ada kalau belum memulai langkah pertama. Dan, kalau Anda mengalami kesulitan, ingatlah kembali bahwa Anda memiliki keinginan, cita-cita mulia, yang harus Anda wujudkan. Yakinlah bahwa Anda bisa, Anda mampu. Dengan keyakinan itulah Anda akan berani mewujudkannya. Caranya? Anda jangan khawatir, saya akan membimbing Anda melalui buku ini, terus saja simak, asal Anda mau mengerjakan apa yang saya sarankan di buku ini. Saya yakin Anda akan pintar menulis cerpen. Anda siap?

Friday, April 12, 2013

Buku: Antologi Cerpen: Mekar dalam Penantian



Sinopsis Antologi MDP
                Sampai kapan pun tema cinta akan selalu menarik untuk diangkat menjadi sebuah cerpen. Ibarat masakan, cinta adalah garam atau gula yang kehadirannya sangat dibutuhkan. Tanpa cinta hidup ini terasa hambar. Karena cinta kita bisa bahagia. Karena cinta pula orang bisa merana dan kecewa. Bahkan, mengalami kehancuran.
                Kalau kita perhatikan judul antologi cerpen ini, Mekar dalam Penantian, ada kebahagiaan yang ditawarakn di sini. Ya, memang benar. Mekar adalah lambang  kebahagiaan. Ibarat bunga, sebelum bermekaran, tentu melalui proses. Proses menanam, memupuk dan menyirami sampai akhirnya, bunga pun bermekaran. Nah, dalam proses  itu sendiri   kebahagiaan sudah bisa dinikmati  tergantung bagaimana menyikapi proses itu. Dan, kalau salah  menyikapinya, kebahagiaan  itu tidak akan datang. Bahkan,  layu sebelum berkembang. Semua itu tentu saja tidak luput dari takdir Tuhan.
                Betapa sedih dan merananya si aku ketika  orang yang dicintainya dikabarkan mengalami kecelakaan ketika pulang kampung. Inilah takdir yang tidak bisa dihindari  sang tokoh. Hal ini digambarkan dalam cerpen Putri Teratai. Ketika cinta tak berbalas, hati pun hancur, Anda bisa menemukannya di Dingin Ekstrim Cinta. Di Antologi ini Anda juga bisa menemukan cinta yang menggantung. Ada juga yang mengangkat tema cinta melalui perjodohan dengan kelanggengannya, serta perjodohan yang terpaksa  dibatalkan. Selebihnya cinta suci karena Allah berlandaskan pondasi agama yang kuat, yang melahirkan  kebahagiaan sejati walaupun sebelumnya  banyak rintangan yang menghadang.      Ya,  tema cinta dengan serba-serbinya memang mendominasi antologi cerpen ini.
                Di samping itu, tema keluarga, lingkungan alam dan sosial, pendidikan, juga ada di sini.  Dari beragam tema  tadi  kita bisa menemukan  kesan yang beragam.  Ada kesan  derita, ada  bahagia,  haru, ngeri,  percaya diri, pantang menyerah, kecewa dan geram dengan tingkah para pejabat.  Dan, ada humor  yang membuat Anda  nyenger sendiri karena kenaifan sang tokoh.  
                Pokonya, Anda tidak akan rugi memiliki buku ini. 




Kata Pengantar Ketua GPM Amuntai

                Alhamdulillah, saya sangat bersyukur  dan  berbangga  karena antologi cerpen yang berjudul  “Mekar dalam Penantian”  ini  bisa kita terbitkan.
                Grup Persahabatan Menulis Amuntai (GPM Amuntai) kita bangun atas saran Pak Ersis Warmansyah Abbas selaku penggagas pertama GPM yang ada di facebook.  Walaupun nama grup ini  GPM Amuntai, anggotanya tidaklah terbatas  bagi  mereka yang berasal dari atau  mukim di Amuntai saja. Ya, kebetulan saja pengelolanya orang Amuntai, lalu dinamailah GPM Amuntai.  Karena Grup ini dibangun atas semangat  menebar virus menulis, siapa pun bisa menjadi anggota asalkan memiliki minat untuk terus membelajarkan diri dan terus menebar semangat menulis. Atas dasar itulah Grup ini mencoba merealisasikannya dalam bentuk penerbitan buku. Saya akui untuk merealisasikannya diperlukan perjuangan dan pengorbanan serta dukungan dari para anggota.               Oleh sebab itu, saya ungkapkan rasa kekaguman kepada para penulis buku ini sekaligus terima kasih.
                Judul antologi ini  diambil dari karya Bapak Rijali Hadi yang mengangkat  kehidupan rumah tangga yang menantikan lahirnya buah hati dengan aneka rasa.
                Tema cinta dengan pernak-perniknya mendapatkan porsi yang cukup banyak dalam antologi ini. Namun, bukan cinta picisan yang mengumbar nafsu.   Dan, dilengkapi  tema kepahlawanan, lingkungan hidup dan sosial  dengan serba-serbi kritiknya. 
                Hadirnya antologi cerpen ini patut kita sambut gembira.  Kehadirannya tentu akan menambah khazanah perbukuan di tanah air.
                Kritik dan saran dari para pembaca tentunya sangat kami harapkan. Terakhir, semoga  jerih payah kita  menjadi ladang amal  yang akan kita petik hasilnya di dunia dan di akhirat. Amin.



DAFTAR ISI
1. Putri Teratai oleh Hasbi Salim
2. Mekar dalam Penantian oleh Rijali Hadi
3. Kemenanganku oleh Jerry Riyansyah
4. Dompet Ajaib oleh Mahuzh Amin
5. Ibu Ingin Sekolah oleh Chairul Echwan
6. Tsunami Kalimantan oleh Ersis Warmansya Abbas
7. Petaka di Ujung Antrean BBM oleh Haderi Ideris
8. Tiga Suratku oleh Syamsul Arifin
9. Tentang Rasa oleh Hadiyansyah
10. Kasihan, Lelaki Tua Itu Sudah Pikun oleh Suhadi
11. Cukup Satu Cinta oleh Desy Anis Safitri
12. Jodohku oleh Radhiati
13. Indah Pada Waktunya oleh  Novia Winda
14. Ya Allah, Aku Jatuh Cinta oleh Syarifal Ulfah
15. Ditulis dalam Cahaya oleh Bayu Yoga Dinata
16. Pangeran Saylendra oleh Makmun
17. Permainan Takdir oleh Leni Rahmida
18. Dingin Ekstrim Cinta oleh Wahyu Hidayat
19. Ketika Cinta Memanggil oleh  Eddy Yusuf
20. Proyek Ibuku Oleh: Astri Nor Fitriani