HARI KELIMA
MULAILAH
BERKARYA
Dengan bekal pengetahuan dari hari pertama sampai hari
keempat, saya yakin Anda sudah bisa memulai menulis cerpen karya sendiri. Pola
pikir Anda sudah terbentuk dengan baik. Cara jitu mendobrak pintu kesulitan
menulis sudah Anda pahami. Membaca cerpen sebanyak-banyaknya sudah juga Anda
lakukan. Membedah cerpen dan
menceritakan kembali dengan bahasa sendiri sudah Anda laksanakan. Kini, tinggal
bagaimana Anda mewujudkan mimpi Anda menjadi penulis cerpen dengan mulai
berkarya sekarang juga.
5.1 Yang Dilakukan Sebelum Menulis
Baiklah, untuk membantu
Anda saya coba mengingatkan kembali bahwa menulis perlu penguasaan mental yang
kuat, semangat yang membaja, pantang menyerah, dan tak pernah putus asa. Ini yang harus Anda persiapkan. Saya yakin Anda
sudah mantap kan? Anda harus punya keyakinan bahwa Anda mampu, Anda harus bisa.
Sebelum Anda mulai
berkarya, Anda pilih tema yang benar-benar Anda kuasai. Boleh saja Anda
berpikir cerpen dengan tema yang hebat, ide cerita yang luar biasa. Namun, kalau tema itu belum Anda
kuasai Anda akan terkendala lagi. Kalau memang Anda berisi keras juga, terpaksa Anda harus
mematangkan pengetahuan Anda tentang masalah yang akan Anda angkat menjadi
cerpen. Cari informasi yang secukupnya, baik melalui buku, surat kabar,
majalah, maupun internet.
Menulis cerpen tidak
hanya fiktif belaka, Anda juga harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk
mengangkat suatu masalah dalam bentuk cerpen. Karena dalam cerpen pun ada
fakta. Misalanya kalau Anda ingin menggambarkan latar Candi Perambanan, tentu harus mengetahui,
begitu juga jika Anda ingin mengangkat masalah
filsafat atau tasauf dalam cerpen, Anda harus menguasai pengetahuan
tentang itu. Kalau Anda ingin mengangkat tetang robot, Anda harus mengerti
betul tenatnag itu. Atau Anda ingin mengangkat masalah keadaan negara di luar
negeri. Jadi, ide hebat harus Anda imbangi dengan pengetahuan.
Namun, sebagaimana saya
katakan tadi, tidak ada salahnya Anda berkeinginan mengangkat ide-ide hebat, malah bagus. Selama
ada kemauan, pasti ada jalan, ya jalannya Anda harus matangkan dan gali lagi informasi
sebanayak-banyaknya tentang masalah yang akan Anda Angkat kedalamn cerpen
sehingga cerpen Anda akan terasa hidup.
Sebagai pemula, ide
cerita yang diambil dari pengalaman
pribadi tentu akan lebih mudah kita ungkapkan karena memang sudah Anda kuasai,
tinggal meramunya dangan tambahan imajinasi Anda. Namun, tidak ada salahnya
Anda mencari ide cerita dari pengalaman orang lain. Atau Anda menemukan ide
cerita setelah menonton senetron, membaca berita, membaca cerpen karya orang
lain, atau Anda melihat peristiwa langsung. Misalnya Anda melihat pengamen
jalanan, lalu Anda tergelitik mengangkatnya menjadi sebuah cerpen. Anda melihat
ada seorang pengemis tua, lalu Anda terpanggil menulis masalah itu. Banyak
sumber ide cerita yang bisa Anda angkat menjadi sebuah cerpen. Tinggal Anda
berusaha terus mengasah kepekaan Anda.
Baiklah, Anda menemukan ide cerita dari pengalaman Anda yang
menarik, misalnya tentang berlibur ke pantai bersama keluarga, atau
persahabatan ketika bersekolah.
Nah, dari situ Anda
sudah menemukan latarnya, di sekolah atau di pantai. Latar kejadian, baik
tempat, waktu dan suasanyanya seperti itu sudah Anda rancang sebelum menulis.
Bisa Anda tulis di kertas catatan, atau Anda simpan di otak saja. Misalnya
Latarnya di hutan, suasananya mencekam, waktunya tengah malam gelam gulita.
Selanjutnya Anda
ciptakan tokoh dan karakter tokohnya, namanya siapa? Karakternya bagaimana? Karakter tokoh bisa meliputi
tampilan fisik, kesukaannya, jahat, atau
baik.
Nilai-nilai yang akan
Anda usung dalam menulis cerpen perlu juga Anda tentukan, misalnya Anda ingin
memnyampaikan nilai keagamaan, akhlak mulia melalui cerpen. Hal ini dibutuhkan untuk
menentukan media mana yang bisa menerbitkan cerpen Anda.
Sudut pandang Anda
dalam bercerita, sudah Anda persiapkan. Apakah Anda sebagai pencerita saja,
atau Anda terlibat langsung sebagai tokoh dalam cerita.
Setelah semua Anda
rancang, Anda buat ringkasan cerita sebagaimana pembahasan pada bedah cerpen,
atau bisa kita bilang kerangka alurnya. Caranya bayangkan saja pengalaman menarik Anda tadi, kemudian
tulislah dengan teknik menulis cepat seperti yang sudah kita praktikkan di Bab
kedua.
Urutan rancangan ini
tidak mengikat, Anda bisa saja mendahulukan ringksan cerita secar bebas, baru
Anda memikirkan sittingnya, tokoh dan karakternya.
Ada bentuk lain yang
bisa Anda pakai selain cara menulis cepat dalam membuat kerangka alur cerita
ini. Yaitu dengan menggunakan peta pikiran. Peta pikiran juga sangat mujarab
karena sesuai dengan pola otak manusia. Yaitu dengan memulai menuliskan ide
sentral atau tema yang akan anda angkat di tengah-tengah kertas, lalu Anda beri
cabang-cabang sebanyak yang Anda mau, tulislah kejadian apa saja yang dialami
tokoh di cabang-cabang itu.
Setelah semuanya beres,
Anda tinggal mengembangkannya dalam bentuk cerpen utuh.
5.2 Saat Menulis
Saat Anda menulis, apa
yang harus Anda lakukan? coba Anda perhatikan lagi, Bab kedua. Anda jangan
terpaku pada kerangka, kerangka yang Anda buat hanyalah sebagai acuan untuk
mengikat ide supaya jangan tercecer. ketika
Anda mulai menulis merangkai kata mengemabngkan ide, mengemabngkan alur cerita
Anda bebas saja, mulai dari mana saja, lupakan dulu aturan ini itu, alirkan
saja apa yang Anda rasakan dan Anda pikirkan. Bayangkanlah Anda curhat,
bercerita di depan teman Anda, Anda tak perlu berpikir apa yang Anda ceritakan
itu baik atau jelek, yang penting Anda
bercerita dalam bentuk tulisan. Dan usahakan Anda bercerita tuntas dalam satu
kali duduk.
Kalau sekali duduk,
tidak sanggup, Anda bisa membaginya
beberapa waktu. Namun, usahakan Anda punya target yang jelas berapa
waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan satu cerpen. Dan, ingat apabila
sudah selesai, jangan langsung Anda kirim ke penerbit. Anda akan melakukan proses berikutnya. Yaitu
proses penyuntingan. Masalahnya, tulisan
Anda tentu ada yang harus dibenahi dan disempurnakan karena pasti ada salah
ketik, salah tanda baca, dan sebagainya.
Sebelum melakukan
proses penyuntingan, lakukan pengendapan dulu. Maksudnya Anda ambil jarak,
tinggalkan cerpen Anda, jangan Anda baca dulu cerpen Anda sehari atau dua hari,
supaya ketika Anda membaca cerpen Anda seolah membaca cerpen karya orang lain,
dari situ Anda akan jeli melihat kekurangan cerpen yang Anda buat.
5.3. Menyunting Tulisan
Inilah saatnya Anda mengamini keinginan
Anda waktu menulis sebelumnya. Yaitu keingainan memperbaiki yang salah,
keiinganan memperbaiki yang tidak bagus.
Pada tahap penyuntingan
ini, pengetahuan tentang kebahasaan
tentu saja harus Anda miliki. Namun,
Anda jangan khawatir kalau pengetahuan tentang kebahasaan Anda masih minim. Mengedit
tulisan, tidak perlu harus menguasai keseluruhan ilmunya, yang penting ada kemauan menulis,
dan ada hasil tulisan yang akan Anda edit. Anda
sebenarnya bisa belajar dari pengamatan tampilan cerpen yang Anda baca.
Bagaimana orang menyusun kalimat, dan penulisan dialog, tanda baca yang digunakan
orang, penulisan huruf kapital yang benar, penulisan pertikal yang tepat, bisa
Anda pelajari dari tampilan cerpen yang
Anda baca yang ada di surat kabar.
Nah, sebagai pembelajar
Anda tak perlu segan dan malu membuka buku EyD, buku yang memuat kata baku dan
tidak baku, dan kamus saat
menemukan keraguan dalam proses penyuntingan. Apabila hal ini sering Anda
lakukan, tentu akan meningkatkan pengetahuan Anda sendiri tentang aturan
kepenulisan.
Anda bisa juga meminta bantuan orang lain untuk
mengedit tulisan Anda. Setelah diedit Anda bisa mengetahui apa saja kesalahan
dan kekurangan tulisan Anda. Ya, Anda belajar dari kesalahan, dengan begitu
Anda akan ingat selamanya.
Kalau masalah kata baku
dan tidak baku dalam cerpen, tidak
terlalu bermasalah. Cerpen boleh saja tidak menggunakan kata tidak baku
terutama pada dialog.
Biasanya yang sering
saya jumpai dalam penulisan cerpen adalah masalah tanda baca, penulisan kata
depan, pertikel lah dan pun, huruf
capital pada kata pengacuan dan sapaan untuk kekerabatan.
Perlu juga Anda ketahui
proses penyuntingan bukan hanya sekadar memperbaiki kata yang salah ketik, tanda
baca yang tidak tepat, huruf kapital yang belum pas, tetapi Anda perlu juga
melihat kelogisan tulisan. Dalam cerpen ada yang disebut alur atau plot dan
sitting. Tempat kejadian cerita harus logis, begitu pula dengan alur atu
plotnya.
Mengenai alur atau plot
ini ada yang menganggap sama pengertiannya, namun ada yang menganggap berbeda.
Alur lebih menekankan pada rangkaian peristiwa atau kejadian yang dialami sang
tokoh berkaitan dengan kronologis waktunya, ada alur lurus atau maju, kilas balik, dan campuran tanpa
melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan plot
adalah kejadian yang dialami sang tokoh dengan melihat hubungan sebab
akibat. Di sinilah kelogisan sebuah cerita fiksi harus tetap terjaga dan
konsesten dengan cerita nyata. Misalnya tokoh mati lantara kejatuhan polpen,
ini plot yang tak masuk akal. Walau dalam fiksi hal itu boleh-boleh saja, namun
terlalu mengada-ada.
Sama halnya dengan
sitting, Anda sebenarnya bebas saja berkhayal
mengembarakan imajinasi Anda ke mana pun tempat bisa Anda kunjungi
dengan daya imajinasi Anda. Namun, tetap menjaga konsestensi kelogisan
sebagaimana di dunia nyata. Misalnya Anda mendeskripsikan kota Jakarta ada di
Pulau Kalimantan, tentu saja hal ini bertentangan dengan kenyataan. Hal ini
yang perlu dihindari, dan kalau ada ketidaklogisan semacam itu, harus Anda
perbaiki.
Dalam proses
penyuntingan Anda juga perlu mempertimbangan cerpen yang Anda tulis akan dibaca
oleh siapa dan diterbitkan di mana. Kalau
sasaran pembacanya adalah anak-anak, usahakan jangan sampai ada
kata-kata yang mengandung unsur pornografi, kekerasan. Begitu pula dengan surat
kabar yang mensyaratkan tulisan yang akan dimuat tidak boleh mengandung unsur
Sara, maka jika ada hal itu yang ada dalam tulisan Anda, harus Anda hilangkan.
Proses penyuntingan ini
sangat penting karena naskah yang kita sunting dengan maksimal menunjukkan bahwa
kita memang maksimal berusaha dalam berkarya, bukan asal-asalan.
No comments:
Post a Comment