Tuesday, April 16, 2013

Mulailah Berkarya



HARI KELIMA
 MULAILAH  BERKARYA
           
            Dengan bekal  pengetahuan dari hari pertama sampai hari keempat, saya yakin Anda sudah bisa memulai menulis cerpen karya sendiri. Pola pikir Anda sudah terbentuk dengan baik. Cara jitu mendobrak pintu kesulitan menulis sudah Anda pahami. Membaca cerpen sebanyak-banyaknya sudah juga Anda lakukan.  Membedah cerpen dan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri sudah Anda laksanakan. Kini,  tinggal  bagaimana Anda mewujudkan mimpi Anda menjadi penulis cerpen dengan mulai berkarya sekarang juga.
           

5.1 Yang Dilakukan Sebelum Menulis
            Baiklah, untuk membantu Anda saya coba mengingatkan kembali bahwa menulis perlu penguasaan mental yang kuat, semangat yang membaja, pantang menyerah, dan tak pernah putus asa. Ini yang harus Anda persiapkan. Saya yakin Anda sudah mantap kan? Anda harus punya keyakinan bahwa Anda mampu, Anda harus bisa.
            Sebelum Anda mulai berkarya, Anda pilih tema yang benar-benar Anda kuasai. Boleh saja Anda berpikir cerpen dengan tema yang hebat, ide cerita yang  luar biasa. Namun, kalau tema itu belum Anda kuasai Anda akan terkendala lagi. Kalau memang Anda  berisi keras juga, terpaksa Anda harus mematangkan pengetahuan Anda tentang masalah yang akan Anda angkat menjadi cerpen. Cari informasi yang secukupnya, baik melalui buku, surat kabar, majalah, maupun internet.
            Menulis cerpen tidak hanya fiktif belaka, Anda juga harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengangkat suatu masalah dalam bentuk cerpen. Karena dalam cerpen pun ada fakta. Misalanya kalau Anda ingin menggambarkan latar  Candi Perambanan, tentu harus mengetahui, begitu juga jika Anda ingin mengangkat masalah  filsafat atau tasauf dalam cerpen, Anda harus menguasai pengetahuan tentang itu. Kalau Anda ingin mengangkat tetang robot, Anda harus mengerti betul tenatnag itu. Atau Anda ingin mengangkat masalah keadaan negara di luar negeri. Jadi, ide hebat harus Anda imbangi dengan pengetahuan.
           


            Namun, sebagaimana saya katakan tadi, tidak ada salahnya Anda berkeinginan  mengangkat ide-ide hebat, malah bagus. Selama ada kemauan, pasti ada jalan, ya jalannya Anda harus matangkan dan gali lagi informasi sebanayak-banyaknya tentang masalah yang akan Anda Angkat kedalamn cerpen sehingga cerpen Anda akan terasa hidup.

            Sebagai pemula, ide cerita  yang diambil dari pengalaman pribadi tentu akan lebih mudah kita ungkapkan karena memang sudah Anda kuasai, tinggal meramunya dangan tambahan imajinasi Anda. Namun, tidak ada salahnya Anda mencari ide cerita dari pengalaman orang lain. Atau Anda menemukan ide cerita setelah menonton senetron, membaca berita, membaca cerpen karya orang lain, atau Anda melihat peristiwa langsung. Misalnya Anda melihat pengamen jalanan, lalu Anda tergelitik mengangkatnya menjadi sebuah cerpen. Anda melihat ada seorang pengemis tua, lalu Anda terpanggil menulis masalah itu. Banyak sumber ide cerita yang bisa Anda angkat menjadi sebuah cerpen. Tinggal Anda berusaha terus mengasah kepekaan Anda.
            Baiklah,  Anda  menemukan ide cerita dari pengalaman Anda yang menarik, misalnya tentang berlibur ke pantai bersama keluarga, atau persahabatan ketika bersekolah.
            Nah, dari situ Anda sudah menemukan latarnya, di sekolah atau di pantai. Latar kejadian, baik tempat, waktu dan suasanyanya seperti itu sudah Anda rancang sebelum menulis. Bisa Anda tulis di kertas catatan, atau Anda simpan di otak saja. Misalnya Latarnya di hutan, suasananya mencekam, waktunya tengah malam gelam gulita.
            Selanjutnya Anda ciptakan tokoh dan karakter tokohnya, namanya siapa? Karakternya bagaimana?             Karakter tokoh bisa meliputi tampilan fisik,  kesukaannya, jahat, atau baik.
           
            Nilai-nilai yang akan Anda usung dalam menulis cerpen perlu juga Anda tentukan, misalnya Anda ingin memnyampaikan nilai keagamaan, akhlak mulia  melalui cerpen. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan media mana yang bisa menerbitkan cerpen Anda.
            Sudut pandang Anda dalam bercerita, sudah Anda persiapkan. Apakah Anda sebagai pencerita saja, atau Anda terlibat langsung sebagai tokoh dalam cerita.

            Setelah semua Anda rancang, Anda buat ringkasan cerita sebagaimana pembahasan pada bedah cerpen, atau bisa kita bilang kerangka alurnya. Caranya bayangkan saja  pengalaman menarik Anda tadi, kemudian tulislah dengan teknik menulis cepat seperti yang sudah kita praktikkan di Bab kedua.
            Urutan rancangan ini tidak mengikat, Anda bisa saja mendahulukan ringksan cerita secar bebas, baru Anda memikirkan sittingnya, tokoh dan karakternya.
            Ada bentuk lain yang bisa Anda pakai selain cara menulis cepat dalam membuat kerangka alur cerita ini. Yaitu dengan menggunakan peta pikiran. Peta pikiran juga sangat mujarab karena sesuai dengan pola otak manusia. Yaitu dengan memulai menuliskan ide sentral atau tema yang akan anda angkat di tengah-tengah kertas, lalu Anda beri cabang-cabang sebanyak yang Anda mau, tulislah kejadian apa saja yang dialami tokoh di cabang-cabang itu.

 




            Setelah semuanya beres, Anda tinggal mengembangkannya dalam bentuk cerpen utuh.

5.2 Saat Menulis
            Saat Anda menulis, apa yang harus Anda lakukan? coba Anda perhatikan lagi, Bab kedua. Anda jangan terpaku pada kerangka, kerangka yang Anda buat hanyalah sebagai acuan untuk mengikat  ide supaya jangan tercecer. ketika Anda mulai menulis merangkai kata mengemabngkan ide, mengemabngkan alur cerita Anda bebas saja, mulai dari mana saja, lupakan dulu aturan ini itu, alirkan saja apa yang Anda rasakan dan Anda pikirkan. Bayangkanlah Anda curhat, bercerita di depan teman Anda, Anda tak perlu berpikir apa yang Anda ceritakan itu  baik atau jelek, yang penting Anda bercerita dalam bentuk tulisan. Dan usahakan Anda bercerita tuntas dalam satu kali duduk.
            Kalau sekali duduk, tidak sanggup, Anda bisa membaginya  beberapa waktu. Namun, usahakan Anda punya target yang jelas berapa waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan satu cerpen. Dan, ingat apabila sudah selesai, jangan langsung Anda kirim ke penerbit. Anda  akan melakukan proses berikutnya. Yaitu proses penyuntingan.  Masalahnya, tulisan Anda tentu ada yang harus dibenahi dan disempurnakan karena pasti ada salah ketik, salah tanda baca, dan sebagainya.
            Sebelum melakukan proses penyuntingan, lakukan pengendapan dulu. Maksudnya Anda ambil jarak, tinggalkan cerpen Anda, jangan Anda baca dulu cerpen Anda sehari atau dua hari, supaya ketika Anda membaca cerpen Anda seolah membaca cerpen karya orang lain, dari situ Anda akan jeli melihat kekurangan cerpen yang Anda buat.  
           
5.3. Menyunting Tulisan
            Inilah saatnya Anda mengamini keinginan Anda waktu menulis sebelumnya. Yaitu keingainan memperbaiki yang salah, keiinganan memperbaiki yang tidak bagus.
            Pada tahap penyuntingan ini, pengetahuan  tentang kebahasaan tentu saja harus Anda miliki.  Namun, Anda jangan khawatir kalau pengetahuan tentang kebahasaan Anda masih minim. Mengedit tulisan, tidak perlu harus menguasai keseluruhan  ilmunya, yang penting ada kemauan menulis, dan ada hasil tulisan yang akan Anda edit. Anda  sebenarnya bisa belajar dari pengamatan tampilan cerpen yang Anda baca. Bagaimana orang menyusun kalimat, dan penulisan dialog, tanda baca yang digunakan orang, penulisan huruf kapital yang benar, penulisan pertikal yang tepat, bisa Anda pelajari dari tampilan cerpen yang  Anda baca yang ada di surat kabar.
            Nah, sebagai pembelajar Anda tak perlu segan dan malu membuka buku EyD, buku yang memuat kata baku dan tidak baku, dan kamus  saat menemukan  keraguan dalam  proses penyuntingan. Apabila hal ini sering Anda lakukan, tentu akan meningkatkan pengetahuan Anda sendiri tentang aturan kepenulisan.
            Anda  bisa juga meminta bantuan orang lain untuk mengedit tulisan Anda. Setelah diedit Anda bisa mengetahui apa saja kesalahan dan kekurangan tulisan Anda. Ya, Anda belajar dari kesalahan, dengan begitu Anda akan ingat selamanya.
            Kalau masalah kata baku dan tidak baku dalam cerpen,  tidak terlalu bermasalah. Cerpen boleh saja tidak menggunakan kata tidak baku terutama pada dialog.
            Biasanya yang sering saya jumpai dalam penulisan cerpen adalah masalah tanda baca, penulisan kata depan, pertikel lah dan pun, huruf  capital pada kata pengacuan dan sapaan untuk kekerabatan.
            Perlu juga Anda ketahui proses penyuntingan bukan hanya sekadar memperbaiki kata yang salah ketik, tanda baca yang tidak tepat, huruf kapital yang belum pas, tetapi Anda perlu juga melihat kelogisan tulisan. Dalam cerpen ada yang disebut alur atau plot dan sitting. Tempat kejadian cerita harus logis, begitu pula dengan alur atu plotnya.
            Mengenai alur atau plot ini ada yang menganggap sama pengertiannya, namun ada yang menganggap berbeda. Alur lebih menekankan pada rangkaian peristiwa atau kejadian yang dialami sang tokoh berkaitan dengan kronologis waktunya, ada alur  lurus atau maju, kilas balik, dan campuran tanpa melihat hubungan sebab akibat. Sedangkan plot  adalah kejadian yang dialami sang tokoh dengan melihat hubungan sebab akibat. Di sinilah kelogisan sebuah cerita fiksi harus tetap terjaga dan konsesten dengan cerita nyata. Misalnya tokoh mati lantara kejatuhan polpen, ini plot yang tak masuk akal. Walau dalam fiksi hal itu boleh-boleh saja, namun terlalu mengada-ada.
            Sama halnya dengan sitting, Anda sebenarnya bebas saja berkhayal  mengembarakan imajinasi Anda ke mana pun tempat bisa Anda kunjungi dengan daya imajinasi Anda. Namun, tetap menjaga konsestensi kelogisan sebagaimana di dunia nyata. Misalnya Anda mendeskripsikan kota Jakarta ada di Pulau Kalimantan, tentu saja hal ini bertentangan dengan kenyataan. Hal ini yang perlu dihindari, dan kalau ada ketidaklogisan semacam itu, harus Anda perbaiki.
            Dalam proses penyuntingan Anda juga perlu mempertimbangan cerpen yang Anda tulis akan dibaca oleh siapa dan diterbitkan di mana. Kalau  sasaran pembacanya adalah anak-anak, usahakan jangan sampai ada kata-kata yang mengandung unsur pornografi, kekerasan. Begitu pula dengan surat kabar yang mensyaratkan tulisan yang akan dimuat tidak boleh mengandung unsur Sara, maka jika ada hal itu yang ada dalam tulisan Anda, harus Anda hilangkan.
            Proses penyuntingan ini sangat penting karena naskah yang kita sunting dengan maksimal menunjukkan bahwa kita memang maksimal berusaha dalam berkarya, bukan  asal-asalan.

No comments:

Post a Comment