Ada dua karakter sawah di daerah
Amuntai, khususnya Panangkalaan, ada daerah atas atau sawah yang datarannya
agak tinggi, airnya cepat surut. Ada
daerah bawah, yang airnya lambat surutnya. Biasanya daerah atas ini yang
harus digarap lebih dahulu. Baru daerah bawah yang digarap.
Apa pun
karakter sawahnya, enceng gondok, kayapu dapat dimanfaatkan, tanpa harus
disingkirkan. Setelah melakukan penyemprotan, diamkan dulu sampai lapuk, mati.
Diamkan selama satu minggu atau lebih untuk
menghilangkan pengaruh bahan kimia tadi baru bibit bisa kita tanam. Kalau tidak
ingin menggunakan bahan kimia, kita bisa membabat bagian atasnya saja dengan
golok atau mesin rumput.
Lalu cara
tanamnya bagaimana?
Cara
menanam cukup sederhana. Jika airnya masih dalam, bibit padi kita tancapkan
saja di sela-sela enceng gondok tadi sampai melewati akarnya, biarkan bibit
terapung bersama enceng gondok tanpa harus menancapkannya ke tanah. Selama dua
sampai empat hari biasanya padi mengalami perubahan agak kekuningan karena masih
tahap penyesuaian diri. Jika sudah
memasuki umur satu minggu, padi mulai menghijau kembali. Akar padi sudah mulai
berkembang ke samping menyatu dengan enceng gondok tadi. Nah, jika terjadi
banjir, padi tidak akan tenggelam karena ikut terangkat, terapung bersama
enceng gondok. Dan, jika tidak terjadi banjir, airnya mulai surut, padi pun
ikut ke bawah, dan akhirnya menancap ke tanah.
Adapun,
jika airnya sudah kering, kita bisa bertanam langsung ke tanah. Namun,
resekonya, jika banjir, padi akan terendam dan tertindih enceng gondok. Ini
yang sering dikhawatirkan petani, karenanya, mereka segan memanfaatkan enceng
gondok. Padahal solusinya sama saja dengan cara tanam pada sawah yang masih ada
airnya, jangan ditancapkan langsung ke tanah, cukup di atas enceng gondoknya. Ketika
air datang, enceng gondok akan terapung karena ia memiliki rongga udara.
Nah,
itu cara tanam padi di enceng gondok pada sawah yang airnya bisa surut dan
kering. Bagaimana dengan sawah yang airnya tidak bisa surut dan kering, atau mungkin sungai yang penuh dengan enceng
gondok? Caranya sama saja, justru ini yang dimaksudkan dengan sawah apung
dengan memanfaatkan sumber alam yang ada.
Bahkan,
enceng gondok ini bisa kita manfaatkan untuk lahan menyemai bibit. Caranya
dengan membabat bagian atasnya, kalau tidak, cukup kita membalikkan enceng
gondok, sehingga akarnya berada di atas. Kita atur sedemikian rupa, lalu kita tabur
lumpur di atasnya. Padi pun siap kita semai.
Untuk
hasil maksimal, kita harus memperhatikan jarak tanam. Mengapa? Jika jarak tanam
terlalu dekat, memudahkan mangsa tikus bersembunyi, dan,
perkembangan padi agak lambat karena zat makanannya terbagi, dan tidak
tercukupi. Dan, setiap satu meter kita beri jarak lebih lebar lagi, untuk
memudahkan pemeliharaan.