بسم الله الرحمن الرحيم
Segala
puji bagi Allah yang menciptakan
makhluknya yang bernama manusia dan
melengkapi ciptaannya itu dengan akal
dan pikiraan dan pemahaman. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
nabi Muhammad Saw yang beliau membawa risalah tauhid kepada umatnya. Begitu
pula shahabat beliau, keluarga beliau dan zuriat serta pengikut beliau sampai
akhir zaman.
Mempelajari ilmu tauhid adalah
kewajiban bagi setiap mukallaf. Oleh
karena itu, saya sebagai hamba yang faqir berusaha menyusun risalah kecil ini
untuk membantu diri sendiri mempelajari ilmu tauhid ini. Dan, semoga juga bisa
dibaca dan dipelajari orang lain. Saya akui, saya bukanlah ahlinya, namun saya
berharap semoga Allah memberikan taufik dan hidayah dalam menyusun risalah ini
agar apa yang ditulis benar adanya. Risalah kecil ini saya beri nama “Ilmu
Tauhid Sebagai Pelita Hati”.
Jika ternyata ada kesalah ditemukan,
mohon kiranya para guru dan alim ulama memberikan teguran dan masukan. Harapan, semoga risalah kecil ini dijadikan
simpanan pahala oleh Allah yang terus
mengalir pahalanya kepada saya, dan kepada guru-guru saya dan para alim ulama
yang ilmunya saya petik baik dari pengajian langsung atau pun dari buku-buku
mereka yang pernah saya baca. Amin.
Pentinganya
Belajar Ilmu Tauhid
Belajar ilmu tauhid, atau ilmu
lainnya yang disyariatkan agama
merupakan kewajiban. Jika ditunaikan tentu menggugurkan dari kewajiban dan
tuntutan sekaligus mendaptkan pahala dan ganjaran dari Allah. Oleh karena itu,
mempelajari ilmu agama hendaknya diutamakan daripada mencari penghidupan dunia,
Menuntut ilmu agama adalah untuk menyempurnakan segala amal
ibadah yang difardhukan, terutama ilmu tauhid. Ilmu tauhidlah akar semua ibadah
karena ibadah yang tiada sempurna ilmu tauhid, pengenalan kepada Allah, tidak akan diterima.
Ilmu tauhid termasuk ilmu yang terbilang sukar, namun kita
wajib mengusahakan secara maksimal untuk sampai pada pengenalan yang sempurna
dengan baik belajar kepada para guru, alim
ulama maupun dengan muzakarah atau berdiskusi serta membaca buku-buku karangan para ulama
kita dengan kesungguhan yang kuat, di setiap ada kesempatan. Tak cukup dengan mendengar-dengar
pembicaraan orang di warung kopi saja.
Demikian pentingnya ilmu ini, jangan sayang dengan harta dan
waktu buat mendapatkan ilmu itu karena
ilmu inilah yang nanti menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Dan, jangan
sampai kita menganggap enteng dengan ilmu ini supaya tidak jadi penyesalan di
hari kemudian. Jika kita tidak mengusahakan secara maksimal, dikhawatirkan kita
jatuh kepada kejahilan yang akan menjerumuskan kita pada kebinasaan lantaran
kita tidak mensyukuri akal pikiran yang diberikan Allah, amal pun tidak
diterima dan ujung-ujungnya kita mendapat azab Allah di akhirat yang tidak ada
siapa pun yang bisa menyelematkan dan menolong kita.
Untuk
menggairahkan kita menuntut ilmu pengetahuan agama, Syekh Ahmad Bin Muhammad
Suhaimi mengingatkan kita untuk mengetahui dasar pengetahuan yang sepuluh macam. Dan, inilah dasar pengetahuan
yang sepuluh macam itu dalam bidang ilmu tauhid.
Pertma, Mengetahui hadnya,
yakni pengertian atau takrif ilmu tauhid. Yaitu, ilmu yang membahas iktiqad
keyakinan yang diwajibkan agama berdasarkan dalil yang meyakinkan.
Kedua, maudhu`nya. Yakni pembicaraan tentang zat Allah dan
segala rasul yang berkenaan dengan hal yang wajib dan mustahil dan yang harus.
Ketiga, Wadha`nya. Yakni orang yang mula-mula mempolerkannya
yaitu Syekh Abul Hasan Al Asy`arid an Abu manshur Al Maturidi.
Keempat, Ismuhu, namanya. Ilmu tauhid, dinamai juga dengan
ilmu shifat dua puluh. Ilmu aqaid, ilmu ushuluddin, dan ilmu kalam.
Kelima, Fadhluhu, fadhilat, kelebihannya yaitu semulia-mulia
ilmu karena ia membedakan antara iktikad-iktikad yang benar dan rusak. Dan,
juga melepaskan dari kekal dalam api neraka.
Keenam, hukumnya. Yakni wajib mempelajari ilmu tauhid ini
bagi laki-laki dan perempuan yang mukallaf.
Ketujuh, Tsamaratuhu, buahnya. Buah dari mempelajari ilmu
tauhid adalah mengenal, makrifat kepada Allah, yang dengan pengenalan itu kita mendapat keberuntungan di dunia dan
kebahagiaan yang kekal di akhirat.
Kedelapan, istimdatuhu, yakni tempat keluarnya yaitu dari
Al-Qura`an dan Hadits Nabi dan dalil-dalil akal.
Kesembilan, Nisbatuhu, Nisbah ilmun tauhid adalah
dibangsakan atau dikelompokkan dalam bidang ilmu agama.
Kesepuluh, Masailuhu, yakni masalah yang dibahas. Mengetahui
segala hukum hukum, yakni yang wajib, mustahil dan harus.